Senin, 08 Juli 2013

Prinsip dan Etika Bisnis dalam Islam

0 komentar


PENGENALAN DUNIA USAHA[1]
(Prinsip dan Etika Bisnis dalam Islam)
Hanif Asyhar, M.H.I

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki keterkaitan yang tinggi dalam dunia usaha. Hal ini karena lulusannya memang sangat diharapkan untuk bisa secara langsung mengisi kesempatan kerja, terutama yang ada di dunia usaha/bisnis.
Disinilah bedanya dengan sekolah tingkat menengah lain, jika para lulusan sekolah tingkat menengah selain SMK diarahkan untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi, para lulusan SMK telah dipersiapkan kompentensinya sejak awal, sehingga mereka bisa langsung terjun ke dunia usaha/bisnis setelah tamat.
Namun demikian, bukan berarti bahwa lulusan SMK tidak dianjurkan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan perguruan tinggi, atau sebaliknya, bukan berarti pula bahwa lulusan setingkat SMK (selain SMK) tidak memiliki kemampuan dasar untuk lansung terjun ke dunia usaha/bisnis.
Sudah kita maklumi bersama, bahwa pada era modern  seperti sekarang ini, banyak para pengusaha/pelaku bisnis terutama di Indonesia menghalalkan segala macam cara dalam rangka meraih keuntungan yang sebesar-besarnya, tanpa memperhatikan etika, moral, hukum Agama dan Negara. Untuk itulah, pada kesempatan ini kami akan memaparkan secara sederhana bagaimana prinsip dan etika bisnis yang baik dalam pandangan Islam.
Prinsip dan Etika Bisnis dalam Islam
1.      Prinsip al-‘Adalah (keadilan)
Prinsip keadilan ini mencakup semua bidang kehidupan: politik, hukum, pendidikan, ekonomi, dalam bidang produksi, distribusi, konsumsi, dan lain-lain. Prinsip adil merupakan prinsip yang paling urgen diantara prinsip-prinsip yang lain. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan bebuat kebajikan…”[2]
2.      Prinsip al-Ihsan (berbuat kebaikan)
Al-Ihsan adalah pemberian manfa’at kepada orang lain lebih daripada hak orang lain itu. Al-Ihsan itu ditujukan kepada semua makhluq, dalam semua bidang kehidupan termasuk bidang ekonomi, produksi, distribusi, dan lain-lain.[3]
3.      Prinsip al-Mas’uliyah (pertanggungjawaban)
Pada prinsip ini terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, antara lain:
a.       Mas’uliyah al-Afrad yaitu pertanggungjawaban antar individu dengan individu, seperti orang tua terhadap anaknnya, anak terhadap orang tua, suami terhadap isteri, dan isteri terhadap suami, pertanggungjawaban dua pihak yang telah melakukan transaksi perekonomian, dan seterusnya.
b.      Mas’uliyah al-Mujtama’ yaitu pertanggungjawaban dalam masyarakat. Masyarakat tidak mungkin bisa hidup dalam kebahagiaan tanpa adanya tolong-menolong antara anggota masyarakat. Manusia di dalam masyarakat diwajibkan melaksanakan kewajiban-kewajiban yang banyak demi terciptanya kesejahteraan anggota masyarakat secara merata.
c.       Mas’uliyah ad-Daulah yaitu tanggungjawab pemerintah atau Negara terhadap masyarakat. Nabi SAW bersabda:
“Kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua bertanggungjawab terhadap pemeliharaannya (rakyat/yang dipimpin)”[4]
4.      Prinsip al-Kifayah (kecukupan)
Syari’at Islam tidak menganggap cukup hanya dengan prinsip mas’uliyah saja, akan tetapi prinsip mas’uliyah itu harus bisa mewujudkan kecukupan untuk semua anggota masyarakat. Karena tujuan yang pokok dari prinsip mas’uliyah itu tidak hanya penetapan kewajiban yang tertentu saja, atas orang-orang yang mampu untuk kemashlahatan orang-orang fakir. Akan tetapi tujuannya adalah untuk membasmi kefakiran dan mencukupi kebutuhan primer semua anggota dalam masyarakat.
5.      Prinsip al-Wasathiyah (keseimbangan)
Al-Wasathiyah adalah lawan kata dari at-Tatharruf (ekstrim). Prinsip al-Wasathiyah ini tidak terbatas hanya pada masalah harta benda dan ekonomi saja, tetapi mencakup seluruh cabang tasyri’ (penetapan peraturan-peraturan) harta benda dan persoalan-persoalan ibadah.
6.      Prinsip as-Shidqu (kebenaran dan kejujuran)
Penipuan dan sikap mengeksploitasi orang lain merupakan perilaku dan akhlaq yang buruk dan keji, yang harus dibasmi, karena merugikan masyarakat pada umumnya. Islam menjunjung tinggi akhlaq karimah. Bahkan agama diturunkan oleh Allah SWT kepada para Rasul adalah untuk membangun akhlaq yang mulia. Harkat dan martabat kemanusiaan pertama-tama tergantung pada akhlaq karimah. Prinsip kejujuran dan kebenaran termasuk asas dan sendi akhlaq karimah yang pokok.
7.      Prinsip al-Manfa’ah (manfa’at)
Barang yang dijadikan transaksi harus bernilai manfaat manurut syari’at. Transaksi terhadap barang yang tidak manfaat menurut syara’ dilarang, seperti jual beli khamer, narkoba, miras, dan lain-lain.
8.      Prinsip ‘an Taradhin (saling rela/suka sama suka)
Para Ulama’ sepakat bahwa suka sama suka itu merupakan prinsip transaksi. Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu…..”[5]
Khatimah
Demikian pemaparan sederhana ini, yaitu Pengenalan Dunia Usaha, yang kami fokuskan pada persoalan Prinsip dan Etika usaha/bisnis dalam Islam. Semoga bermanfaat dan dapat menjadi kontribusi khususnya bagi para calon pengusaha/pelaku bisnis.  




[1] Disampaikan dalam rangka Masa Orientasi Siswa (MOS) SMP Islam & SMK as-Siddiqy Bletok Bungatan Situbondo Jawa Timur, pada tgl. 14 Juli 2010
[2] Q.S an-Nahl:19
[3] Ibid
[4] H.R Bukhari, Muslim, Ahmad bin Hanbal, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi dari Ibnu Umar.
[5] Q.S an-Nisa’ : 29

Munajat

0 komentar



بسم الله الرحمن الرحيم
إلهي لست للفردوس أهــــــلا              ولا أقوي علي نار الـجحـيم
فهب لي توبة واغفرذنوبــــي               فإنـك غافـر الـذنب العـظيـم
ذنوبي مثـل أعـداد الرمـــــال              فهب لـي توبـة ياذاالجلالــــ
وعمري ناقص في كـــل يوم               وذنبي زائد كيف احتمـــــال
إلهي عبدك العاصــــي أتــاك               مقرا بالذنوب وقد دعــــــاك
وإن تغفر فأنت لذاك أهــــــل               فإن تطرد فمـن يـرحم سواك
شكوت إلي وقيع سوء حفظي               فأرشدني إلي ترك المعاصي
فأخبرنـــــــــي بأن العلم نور               ونور الله لايهدي للعاصـــي
دعاء سأووسي أذان
اللهم رب هذه الدعوة التامة والصلاة القائمة ، آت سيدنا محمدا الوسيلة والفضيلة والشرف والدرجة العالية الرفيعة وابعثه مقاما محمودا الذي وعدته ، إنك لاتخلف الميعاد. ياأرحم الراحمين.

Terjemah Hadits Arba'in An-Nawawi 1-20

0 komentar


Terjemah Hadits Arba’in An-Nawawi
Hadits 1
Dari Amirul Mu’minin, (Abu Hafsh atau Umar bin Khottob rodiyallohu’anhu) dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wassalam bersabda: ’Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’” (Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits).
Hadits 2
Dari Umar rodhiyallohu’anhu juga, beliau berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di dekat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Kemudian ia duduk di hadapan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, lalu mendempetkan kedua lututnya ke lutut Nabi, dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya, kemudian berkata: ”Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam.” Kemudian Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam menjawab: ”Islam yaitu: hendaklah engkau bersaksi tiada sesembahan yang haq disembah kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh. Hendaklah engkau mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Romadhon, dan mengerjakan haji ke rumah Alloh jika engkau mampu mengerjakannya.” Orang itu berkata: ”Engkau benar.” Kami menjadi heran, karena dia yang bertanya dan dia pula yang membenarkannya. Orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman”. (Rosululloh) menjawab: ”Hendaklah engkau beriman kepada Alloh, beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.”Orang tadi berkata: ”Engkau benar.” Lalu orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang ihsan.” (Beliau) menjawab: “Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.” Orang itu berkata lagi: ”Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat.” (Beliau) mejawab: “Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.” Orang itu selanjutnya berkata: ”Beritahukanlah kepadaku tanda-tandanya.” (Beliau) menjawab: ”Apabila budak melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan.” Kemudian orang itu pergi, sedangkan aku tetap tinggal beberapa saat lamanya. Lalu Nabi shollallohu ’alaihi wasallam bersabda: ”Wahai Umar, tahukah engkau siapa orang yang bertanya itu ?”. Aku menjawab: ”Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.” Lalu beliau bersabda: ”Dia itu adalah malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.”(HR. Muslim).

Hadits 3
Dari Abu Abdirrohman Abdulloh bin Umar bin Khoththob rodhiyallohu ‘anhuma, dia berkata “Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: ’Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: Bersaksi tiada sesembahan yang haq kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan sholat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitulloh, dan berpuasa pada bulan Romadhon.”(HR.Bukhori dan Muslim)
Hadits 4
Dari Abu Abdirrohman, Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu’anhu, dia berkata: ”Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar dan dibenarkan: ’Sesungguhnya setiap orang diantara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah(air mani), kemudian menjadi ‘alaqoh(segumpal darah) selama waktu itu juga (empat puluh hari), kemudian menjadi mudhghoh(segumpal daging) selama waktu itu juga, lalu diutuslah seorang malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh padanya dan ia diperintahkan menulis empat kalimat: Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celakanya atau keberuntungannya. Maka demi Alloh yang tiada tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada diantara kamu yang melakukan amalan penduduk surga dan amalan itu mendekatkannya ke surga sehingga jarak antara dia dan surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk neraka sehingga dia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan penduduk neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapka atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga dia masuk ke dalamnya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits 5
Dari Ibunda kaum mu’minin, Ummu Abdillah ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha, dia berkata: ”Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: ”Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu (amalan) dalam urusan (agama) kami yang bukan dari kami, maka (amalan) itu tertolak.” (HR. Bukhori dan Muslim). Dan dalam riwayat Muslim: “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka itu tertolak.”
Hadits 6
An-Nu'man bin Basyir berkata, "Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat hal-hal musyabbihat (syubhat / samar, tidak jelas halal-haramnya), yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan kehormatan dan agamanya. Dan, barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti penggembala di sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah sesungguhnya tanah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati.'" (HR. Bukhori).
Hadits 7
Dari Abu Ruqoyyah Tamiim bin Aus Ad-Daari rodhiyallohu’anhu, sesungguhnya Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: ”Agama itu adalah nasihat”. Kami (sahabat) bertanya: ”Untuk siapa?” Beliau bersabda: ”Untuk Alloh, kitab-Nya, rosul-Nya, pemimpin-pemimpin umat islam, dan untuk seluruh muslimin.” (HR.Muslim).
Hadits 8
Dari Ibnu Umar rodhiyallohu’anhuma, sesungguhnya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: ”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mau mengucapkan laa ilaaha illalloh (Tiada sesembahan yang haq kecuali Alloh), menegakkan sholat, dan membayar zakat. Apabila mereka telah melakukan semua itu, berarti mereka telah memelihara harta dan jiwanya dariku kecuali ada alasan yang hak menurut Islam (bagiku untuk memerangi mereka) dan kelak perhitungannya terserah kepada Alloh subhanahu wata’ala.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Hadits 9
Dari Abu Hurairoh ’Abdurrohman bin Shakhr rodhiyallohu’anhu, dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda: ” Apa saja yang aku larang bagi kamu hendaklah kamu jauhi, dan apa saja yang aku perintahkan kepadamu maka lakukanlah sesuai kemampuanmu. Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena mereka banyak bertanya dan menyelisihi nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh).” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits 10
Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, ia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya Alloh itu baik, tidak mau menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Alloh telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para rosul, Alloh berfirman, “Wahai para Rosul makanlah dari segala sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal sholih” (QS Al Mukminun: 51). Dan Dia berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah Kami berikan kepadamu” (QS Al Baqoroh: 172). Kemudian beliau menceritakan kisah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa: ”Wahai Robbku, wahai Robbku”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan (perutnya) dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana mungkin orang seperti ini dikabulkan do’anya.” (HR. Muslim)
Hadits 11
Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abu Tholib, cucu Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam dan kesayangan beliau rodhiallohu ‘anhuma, dia berkata: ”Aku telah hafal (sabda) dari Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam: “Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i. Tirmidzi berkata: Ini adalah Hadits Hasan Shahih).
Hadits 12
Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, dia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya).
Hadits 13
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik rodhiallohu ‘anhu pelayan Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai bagi saudaranya (sesama muslim) segala sesuatu yang dia cintai bagi dirinya sendiri.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits 14
Dari Ibnu Mas’ud rodhiallohu ‘anhu, dia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak halal ditumpahkan darah seorang muslim kecuali karena salah satu di antara tiga alasan: orang yang telah kawin melakukan zina, orang yang membunuh jiwa (orang muslim) dan orang yang meninggalkan agamanya memisahkan diri dari jamaah.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Hadits 15
Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, sesungguhnya Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Hadits 16
Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu, ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan marah!” Dia bertanya berulang-ulang dan tetap dijawab, “Jangan Marah!” (HR Bukhori).
Hadits 17
Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus rodhiallohu ‘anhu, Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya Alloh mewajibkan (kalian) berbuat baik terhadap segala sesuatu, maka bila kalian hendak membunuh orang (dalam peperangan ataupun yang lainnya), bunuhlah dengan cara yang baik, dan bila kamu menyembelih (binatang), maka sembelihlah dengan cara yang baik, hendaklah kalian menajamkan pisau dan memperlakukan hewan sembelihan dengan lembut.” (HR Muslim).
Hadits 18
Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Mu’adz bin Jabal rodhiallohu ‘anhu, bahwa Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Bertakwalah kamu kepada Alloh di mana pun kamu berada, iringilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya dan pergaulilah semua manusia dengan budi pekerti yang baik.” (HR Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits ini hasan. Dalam naskah lainnya dikatakan, hadits ini hasan shohih).
Hadits 19
Dari Abul Abbas Abdulloh bin Abbas rodhiallohu ‘anhuma beliau berkata: Suatu hari aku berada di belakang Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam Lalu beliau bersabda , “Nak, aku akan ajarkan kepadamu beberapa patah kata: Jagalah Alloh, Niscaya Dia akan senantiasa menjagamu. Bila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Alloh, dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Alloh. Ketahuilah, jika semua umat manusia bersatu padu untuk memberikan suatu kebaikan kepadamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Alloh bagimu, dan jika semua umat manusia bersatu padu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Alloh bagimu. Pena telah diangkat dan catatan-catatan telah mengering.” (HR Tirmidzi Dia berkata , “Hadits ini hasan shohih”).
Hadits 20
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Anshari Al-Badri rodhiyallohu ‘anhu Dia berkata: Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya sebagian ajaran yang masih dikenal umat manusia dari perkataan para nabi terdahulu adalah: ‘Bila kamu tidak malu, berbuatlah sesukamu.” (HR Bukhari).
Lihat kelanjutannya



 

Ka'bah Night | powered by Blogger | created from Minima retouched by ics - id