Jumat, 30 Agustus 2013

Al-Mawa’idlul ‘Ushfuriyyah hadits kedua/ rahmat Allah SWT

0 komentar


(Hadist Kedua)
Dari Ibnu Mas’ud r.a ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : al-Fajir (orang yang suka melanggar hukum Allah SWT) yang mengharap rahmat Allah SWT lebih dekat (dengan-Nya), daripada orang ahli ibadah yang putus asa. Dari zaid bin Aslam, (ia) dari sayyidina Umar ia menceritakan kepada kami, pada zaman dahulu ada seorang laki-laki yang ahli ibadah, ia membuat putus asa kepada manusia dari rahmat Allah SWT, kemudian ia meninggal dunia. (setelah di alam kubur) ia bertanya kepada Allah SWT. Mana tempatku disisi engkau ?, lalu Allah SWT menjawab, (Tempatmu) Neraka, ia bertanya, wahai Tuhanku, mana ibadahku?, Allah SWT menjawab : sesungguhnya kamu telah membuat putus asa kepada manusia di dunia dari rahmatku, maka pada hari ini kami (Allah) memutus rahmatku. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. ada seorang laki-laki yang tidak pernah berbuat kebaikan sama sekali, kecuali hanya meng-Esa-kan Allah SWT, ketika ia akan meninggal dunia, ia berpesan kepada keluarganya, jika aku meninggal dunia maka bakarlah aku hingga menjadi abu, lalu buanglah di tepi lautan pada musim angin, kemudian keluarganya melakukannya, tiba-tiba ia ada dalam genggaman Allah SWT. (Allah bertanya) Apa beban yang membuat kamu melakukan hal ini?, ia menjawab : (karena) takut kepada engkau, lalu Allah SWT mengampuninya, sedangkan ia tidak pernah beramal kebaikan sama sekali kecuali meng-Esa-kan Allah SWT. Ada hikayat yang tekait dengan hadits ini, pada zaman Nabi Musa as. Ada seorang laki-laki meninggal dunia, manusia (masyarakat) enggan untuk memandikan dan menguburkannya, karena ia seorang fasiq, masyarakat membuang (mayatnya) ke tempat pembuangan sampah dengan menggunakan kakinya. Kemudian Allah SWT memberi wahyu kepada Nabi Musa as. Allah SWT berfirman; wahai Musa ada seorang laki-laki telah meninggal dunia ditempatnya Si Fulan yang ada di tempat pembuangan sampah, dan ia termasuk kekasihku, masyarakat (nya) tidak memandikan, mengkafani, dan menguburkan, maka pergilah, lalu mandikan, kafani, shalatlah (shalat mayit), dan kuburlah. Lalu Nabi Musa as. datang ke tempat itu dan bertanya kepada masyarakat tentang si mayit, mereka menjawab ; ia meninggal dunia dalam keadaan demikian (keadaan ketika masih hidup) dan ia orang fasiq yang dilaknat. Nabi Musa as bertanya ; dimana tempatnya ?, sesungguhnya Allah SWT memberi wahyu kepadaku untuk ia (mayit), Ia (Nabi Musa as) mengatakan; beritahukan kepadaku tempatnya, lalu meraka pergi. Ketika Nabi Musa as. melihat (keadaan si mayit) dibuang di tempat pembuangan sampah, masyarakat menceritakan tentang kejelekan perbuatannya, maka Nabi Musa as bermunajat kepada Allah SWT. Wahai Tuhanku engkau memerintahkan kepadaku menguburkan dan melakukan shalat (shalat mayit), sedangkan kaumnya menyaksikan kejelekan yang ia perbuat, engkau lebih mengetahui hal yang terpuji dan kejelekan. Kemudian Allah SWT memberi wahyu, benar apa yang mereka ceritakan, tetapi ketika akan meninggal dunia, ia meminta pertolongan kepadaku tentang tiga hal, andaikan semua makhlukku yang berbuat dosa meminta niscaya akan aku berikan, maka bagaimana aku tidak belas kasih, sedangkan hatinya meminta kepadaku, dan saya (Allah SWT) adalah dzat yang paling belas kasih dari orang-orang yang belas kasih. Nabi Musa bertanya ; apa tiga perkara itu ?, (pertama) ketika hampir meninggal dunia, ia berkata : wahai Tuhanku !, engkau mengetahui bahwa aku telah melakukan kemaksiatan-kemaksiatan, sedangkan hatiku benci akan kemaksiatan, tetapi (karena) terdesak tiga hal hingga aku melakukan kemaksiatan, serta hatiku benci akan kemaksiatan, yaitu ; hawa nafsu, teman yang jelek perbuatannya, dan Iblis laknatullah ‘alaihi. Tiga hal ini telah menjerumuskan aku ke dalam kemaksiatan, maka sesungguhnya engkau lebih mengetahui sesuatu yang aku ucapkan, maka ampunilah aku!. (Kedua ), wahai Tuhanku, engkau mengetahui bahwa aku telah melakukan kemaksiatan-kemaksiatan dan tempatku bersama-orang fasiq, tetapi aku lebih senang berteman dengan orang-orang sholeh, dan zuhudnya mereka, dan aku lebih senang duduk bersama mereka daripada orang-orang fasiq. (ketiga), wahai Tuhanku engkau lebih mengetahui daripada aku, bahwa orang-orang sholeh lebih aku sukai daripada orang-orang fasiq, hingga apabila ada dua orang datang, yaitu orang sholeh dan Tholeh (orang yang suka berbuat dosa) maka yang aku dahulukan adalah kebutuhan orang sholeh. Dalam riwayat Wahab bin Munabbih, (orang tersebut) berkata : wahai Tuhanku, apabila engkau mema’afkan, dan mengampuni dosaku, niscaya para kekasih, Nabi-nabi engkau akan senang, dan syaitan musuhku dan musuh engkau akan menjadi susah. Dan apabila engkau menyiksaku sebab dosaku, maka syaitan dan teman-temannya akan senang, dan para kekasih dan Nabi-nabi engkau akan menjadi susah. Dan sesungguhnya aku mengetahui, bahwa senangnya para kekasih (engkau) lebih engkau senangi daripada senangnya syaitan dan teman-temannya. Maka ampunilah aku, ya..Allah, sesungguhnya engkau mengetahui sesuatu yang aku ucapkan, maka rahmatilah aku dan ma’afkanlah aku. Allah SWT berfirman : maka aku belas kasih, mengampuni, serta mema’afkan, karena sesungguhnya aku (Allah SWT) adalah Dzat yang Maha Belas kasih, terlebih kepada orang yang mengakui dosanya disisiku. Dan ini (tiga hal) adalah pengakuan atas dosa, lalu aku mengampuni dan mema’afkannya. Wahai Musa !, lakukan apa yang aku perintahkan, maka aku mengampuni bagi orang yang melakukan shalat (shalat mayit) dan menghadiri pemakaman sebab menghormatinya.  

Selasa, 27 Agustus 2013

Al-Mawaa’idlul ‘Ushfuriyyah al-hadits awwal/belas kasih kepada mahkluk Allah SWT

0 komentar


بسم الله الرحمن الرحيم
Al-Mawaa’idlul ‘Ushfuriyyah
40 Hadits, Faedah-faedah, dan Hikayat Para Sufi
Karya : Syaikh Muhammad Bin Abu Bakar

الحمد لله رب العالمين ، والعاقبة للمتقين ، ولا عدوان إلا علي الظالمين ، والصلاة علي خير خلقه محمد وآله أجمعين .
Sesungguhnya hamba Allah SWT al-Mudznibi (orang yang mengakui dosanya)[1], yaitu Syaikh Muhammad Bin Abu Bakar rahamatullah ‘alaihi. Setelah menyelami dosa dan kemaksiatan, ia mencari ridla ar-Rahman (dzat yang maha belas kasih), bertentangan dengan syaitan dan selamat dari Api neraka, masuk surga. Ia belum merasa puas dalam mendapatkan jalan aman, selain memperoleh hadits Sebaik-baik manusia, mempunyai mukjizat dan bukti. Sesungguhnya Nabi SAW bersabda : “ Barangsiapa yang mengumpulkan hadits sebanyak 40, maka ia ada dalam ma’af dan ampunan Allah SWT. Kemudian seorang hamba (pengarang) mengumpulkan 40 hadits, dengan sanad yang muttasil kepada Nabi SAW, dariMasyayikh yang terpilih, para pembesar Imam, yang ia riwayatkan dari para sahabat al-Abrar. Lalu ia menambahkan nasehat yang terkait dengan hadits serta hikayat yang didengar dari para ulama’ yang disebutkan dalam hadits dan perkataan sahabat. (ia berharap) baragkali ia menjadi jauh dari kebencian (Allah) al-malik al- jabbar, dan mendapatkan sesuatu yang diharapkan di akherat dari Dzat yang Maha Bijaksana, ynag menutupi kesalahan, dengan perantara barokahnya mengumpulkan hadits-hadits. Dan ia meminta do’a dari orang-orang yang melihat kitab (ini), serta orang-orang yang menasehati (dalam kitab ini). Semoga Allah SWT belas kasih kepada orang yang telah disebutkan, dengan do’anya, serta tidak melupakan hamba (pengarang).
(Hadits pertama)

Dari Abdullah bin Umar r.a ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : Ar-Rahman (Allah) akan belas kasih kepada orang-orang yang belas kasih kepada sesama (makhluk), belas kasihlah kalian kepada orang-orang (makhluk) yang ada di bumi, maka orang-orang (makhluk) yang ada di langit akan belas kasih, ….. (sempurnakalah ).
Ada sebuah hikayat, yang sesuai dengan hadits tersebut. Diceritakan dari Sayyidina Umar r.a. pada suatu saat, ia berjalan di jalan kecil yang ada di Madinah, kemudian ia melihat anak kecil membawa seekor burung, dan ia (anak kecil) sedang mempermainkannya. Lalu Sayyidina Umar r.a merasa kasihan terhadap burung tersebut, kemudian ia membeli sekaligus membebaskannya. Setelah Sayyidina Umar r.a meninggal dunia, sebagian ‘ulama’ bermimpi bertemu beliau, mereka bertanya tentang keadaan beliau (di alam kubur), apa yang dilakukan oleh Allah kepada engkau ?, ia menjawab, Allah telah mengampuni dan mema’afkan (dosa) ku. Mereka bertanya, Apa sebabnya?, (apakah) sebab dermawan, keadilan atau zuhud engkau ?, ia menjawab, ketika kalian meletakkan aku di kubur, kalian menutupi dengan tanah, kemudian meninggalkanku sendirian, lalu datang dua malaikat yang menakutkan, maka seketika aku kehilangan akal, sendi-sendiku gemetar karena takut, dan keduanya memegang aku, serta mendudukkan, keduanya ingin bertanya, kemudian saya mendengar suara, tinggalkanlah hambaku, janganlah menakut-nakuti dia, karena aku belas kasih dan mema’afkan dia, karena dia belas kasih kepada burung ketika di dunia, maka aku belas kasih di akhirat. (Hikayat) lain, ada seorang ahli ibadah di zaman bani isra’il, ia lewat di dekat timbunan pasir, (ketika itu) kaum bani isra’il sedang tertimpa paceklik, kemudian ia mengadai-andai dalam hatinya, andaikan pasir ini menjadi tepung, niscaya kaum bani isra’il akan kenyang. Lalu Allah SWT memberi wahyu kepada Nabi kaum bani isra’il, katakanlah kepada Si Fulan, sesungguhnya Allah SWT telah memberi pahala atas ucapan (angan2) yang telah dikatakan, yaitu andaikan ( ini ) menjadi tepung maka akan aku sedekahkan. Karena perbuatan Hamba Allah (ini), maka Allah SWT memberi rahmat. Sesungguhnya hamba Allah itu diberi rahmat karena ucapanya, “andaikan pasir itu menjadi tepung, niscaya manusia (bani isra’il) akan kenyang, kemudian ia mendapatkan pahala seperti andaikan ia melakunnya”.


[1] Sikap tawadlu’ pengarang kitab ini
 

Ka'bah Night | powered by Blogger | created from Minima retouched by ics - id