Selasa, 31 Desember 2013

al-Mawa'idul 'Usfuriyyah kelima

0 komentar
(Hadits Kelima)
Dari Abu Dzarrin al-Ghiffari ra. ia berkata ; aku katakan kepada Nabi SAW, Wahai Rasulullah !, ajarilah kami amalan yang mendekatkan aku ke surga, dan menjauhkan dari neraka. (Nabi SAW) bersabda ; jika kamu (terlanjur) melakukan kesalahan, maka ikutilah dengan perbuatan baik. Ia (Abu Dzarrin ra) berkata ; aku katakan, apakan ucapan kalimah Laa Ilaa Ha illallah termasuk kebaikan, (Nabi menjawab) ya, (bacaan itu) adalah kebaikan yang paling baik.
(Hikayat) terkait dengan Hadits ini, Ada seorang laki-laki melaksanakan wukuf di 'Arafah dan ditangannya terdapat 7 batu, seraya mengucapkan " saksikanlah disisi Tuhan kami, bahwa, saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. kemudian ia tidur dan bermimpi seakan-akan Kiamat sudah terjadi, dan ia dihisab (diputuskan) masuk Neraka, lalu malaikat memegangnya, setelah malaikat pergi dengan laki-laki (itu) menuju ke pintu Neraka, tiba-tiba ia bertemu dengan batu tersebut (7 batu), lalu malaikat adzab (yang akan menyiksa) berkumpul untuk mengangkat batu tersebut (dan) tidak mampu mengangkatnya, kamudian laki-laki tersebut digiring kepintu neraka lainnya, tiba-tiba ada batu lain (dari 7 batu), lalu malaikat tidak mampu mengangkatnya, hingga ia digiring ke tujuh pintu neraka, dan pada setiap pintu terdapat tujuh batu tersebut, kemudian ia digiring ke bawah arasy, malaikat berkata : " Wahai tuhanku, engkau mengatahui urusan hambamu, dan kami tidak menemukan jalan menuju neraka " lalu Tuhan berfirman " hambaku !, engkau bersaksi (meminta disaksikan) batu kemudian ia tidak menyia-nyiakan (menyaksikan), maka bagaimana aku menyia-nyiakan, aku adalah hakmu, dan aku menyaksikan dengan persaksianmu " masukkanlah ia ke surga. ketika ia sudah dekat dengan pintu surga, tiba-tiba pintu surga terkuci, lalu datang saksi (kalimah "Laa ilaaha illallah") kemudian pintu (surga) terbuka semua, dan laki-laki itu masuk surga.
Imam Zahid Sayyid Mufti rahmatullah alaihi dari ayahnya Mufti rahmatullah alaihi menceritakan : " (suatu ketika) Nabi Musa as bermunajat kepada Allah " Wahai Tuhanku engkau menciptakan makhluk dengan nikmat dan rizki engkau, kemudian di hari kiamat engkau menjadikan mereka masuk neraka, lalu Allah memberi wahyu kepada Nabi Musa as, Wahai Musa berdirilah lalu menanamlah, kemudian Nabi Musa menanam, menyiram, dan merawatnya hingga panen, dan ia menginjak (padi itu), Allah berfirman, Apa yang engkau lakukan dengan tanamanmu, Wahai Musa, (Nabi Musa menjawab) kami mengangkatnya, Allah berfirman : apakah ada sesuatu yang tertinggal ?, Wahai Tuhanku !, kami tidak meninggalkan apapun kecuali sesuatu yang tidak ada kebaikannya (biji yang tidak berisi), Allah berfirman : Wahai Musa sesungguhnya aku memasukkan neraka (kepada hambaku) yang tidak ada kebaikannya, Musa bertanya : siapakah itu ?, yaitu orang yang sombong, tidak mau mengucapkan " Laa ilaa ha illallah Muhammadur Rasulullah"

Rabu, 11 Desember 2013

Al-Mawa'idlul 'Usfuriyyah Hadits Ke-IV

0 komentar
(Hadits yang Keempat )
Dari Ibrahim' dari 'Alqamah, dari Abdullah bin Mas'ud ra. ia berkata ; Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang belajar satu bab (tentang) ilmu, yang ia manfa'atkan dalam (urusan) akhirat dan dunianya, maka Allah SWT akan memberikan kebaikan kepadanya dari umur dunia (bagaikan hidup) 7000 tahun, puasa pada siang hari dan beribadah di malam hari, (amalnya) diterima, tidak ditolak.
dari Ibrahim dari 'Alqamah ra. ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : membaca Al-Qur'an adalah amalnya orang yang diberi kecukupan, shalat adalah amalnya orang yang lemah, puasa adalah amalnya orang fakir, (membaca) tasbih adalah amalnya perempuan, shadaqah adalah amalnya orang dermawan, dan berfikir adalah amalnya orang lemah, Ingatlah !, akan aku tunjukkan kapadamu amalnya " al-Abthol" , Rasulullah SAW ditanya, Wahai Rasulullah, Apa (yang dimaksud) amalnya " Abthol " ?, Rasulullah SAW menjawab : mencari ilmu, karena ia adalah cahayanya orang-orang mukmin di dunia dan akhirat.
Nabi SAW bersabda : " Saya kotanya ilmu' dan Ali adalah Pintunya ". ketika orang-orang Khawarij mendengar hadts ini, mereka hasud kepada Ali ra. dan 10 orang pembesar (di antara) mereka berkumpul, (seraya) berkata : kami akan (mengajukan) satu pertanyaan kepadanya, dan kami akan melihat, bagaimana ia akan menjawab pertanyaan kami, jika ia menjawab satu pertanyaan dengan jawaban yang berbeda, maka ia (memang) alim seperti yang dikatakan Nabi SAW. lalu salah satu di antara mereka datang, dan bertanya : Wahai Ali !, lebih utama mana antara ilmu dan harta?, ia menjawab : lebih utama ilmu. apa dasarnya ?, ilmu adalah pewaris para Nabi, sedangkan harta adalah pewaris Qarun, Syaddad, fir'un dan lainnya. dengan jawaban ini, lalu ia pergi. lalu datang (penanya) lainya, ia bertanya seperti pertanyaan yang pertama, kemudian Ali ra. menjawab, ilmu lebih utama daripada harta, (penanya) apa dasarnya?, (Ali ra) menjawab, ilmu akan menjagamu sedangkan harta, kamu yang menjaganya. dengan jawaban ini, lalu ia pergi. (selanjutnya) datang salah satu dari mereka (khawarij), lalu bertanya, sebagaimana penanya yang pertama dan kedua, lalu Ali ra. menjawab ; ilmu lebih utama daripada harta, (penanya) berkata; apa dasarnya ?, (Ali ra) menjawab, orang yang punya harta banyak musuh, sedangkan orang yang punya ilmu banyak teman. dengan jawaban ini ia (penanya) pergi. Datang (penanya) lain, ia berkata : ilmu lebih utama atau harta?, Ali ra menjawab, lebih utama ilmu. ia (penanya) berkata; apa dasarnya ?, Ali ra. menjawab, apabila kamu mentasharrufkan harta, maka akan berkurang, (tapi) apabila kamu mentasharrufkan ilmu, maka akan bertambah. dengan jawaban ini, kemudian ia pergi. datang penanya lain, lalu ia bertanya sebagaimana mereka (sebelumnya) bertanya, ilmu lebih utama atau harta ?, Ali ra menjawab, Ilmu lebih utama. (penanya) apa dasarnya ?, Ali ra menjawab, orang yang punya harta akan dipanggil dengan bakhil (Si Kikir), sedangkan orang yang punya ilmu akan dipanggil Agung dan mulia. dengan jawaban ini, lalu ia pergi. datang penanya lain, ia bertanya tentang hal tersebut, lalu Ali ra menjawab, ilmu lebih utama daripada harta. penanya berkata; apa dasarnya ?, harta selalu dijaga dari pencuri, sedangkan ilmu tidak dijaga dari pencuri. dengan jawaban ini ia pergi. datang penanya lain, ia bertanya tentang hal tersebut, Ali ra menjawab, ilmu lebih utama daripada harta. ia (penanya) berkata ; apa dasarnya ?, Ali menjawab, orang yang punya harta akan dihisab pada hari kiamat, sedangkan orang yang punya ilmu akan memberi syafa'at pada hari kiamat. dengan jawaban ini, ia pergi. datang (penanya) lain, ia bertanya, ilmu yang yang lebih utama atau harta?, Ali ra menjawab, ilmu lebih utama. apa dasarnya ?, harta akan rusak sebab lama diam, dan berlangsungnya masa, sedangkan ilmu tidak akan rusak. dengan jawaban ini, ia pergi. penanya lain datang, ia berkata ; ilmu lebih utama atau harta?, Ali ra menjawab ; ilmu  lebih utama. apa dasarnya ?, harta menjadikan hati keras, sedangkan ilmu dapat menerangi hati, dengan jawaban itu, lalu ia pergi. penanya lain datang, ia bertanya tentang hal tersebut, ilmu lebih utama atau harta?, Ali ra menjawab ; ilmu lebih utama daripada harta. apa dasarnya?, Ali ra menjawab : orang yang punya harta ( cenderung mempunyai) sifat rububiyyah (ketuhanan), sedangkan orang yang punya ilmu (cenderung) mempuyai sifat 'ubudiyyah (kehambaan). andaikan mereka bertanya kepadaku tentang hal ini, maka akan aku jawab dengan jawaban yang berbeda, selagi aku masih hidup, kemudian mereka (khawarij) datang dan masuk Islam.

Rabu, 18 September 2013

al-Mawa'idul Ushfuriyah (Hadits Ketiga : Mempersiapkan Diri Untuk Menghadap Sang Pencipta (Allah SWT) )

0 komentar


(Hadits ketiga)
Mempersiapkan Diri Untuk Menghadap Sang Pencipta (Allah SWT)
Dari Anas bin Malik r.a berkata; Rasulullah SAW bersabda : sesungguhnya Allah SWT selalu melihat wajah orang yang sudah tua, di waktu pagi dan sore, seraya berfirman, wahai hambaku usiamu telah lanjut, kulitmu telah menipis, tulangmu (semakin) mengecil, ajalmu telah dekat, dan telah dekat kedatanganmu kepadaku, maka malulah kamu, karena aku malu (melihat) ubanmu, apabila aku menyiksamu di neraka. Diceritakan, pada suatu hari sayyidina Ali r.a. hendak pergi menuju masjid untuk melaksanakan shalat jama’ah subuh dengan cepat, kemudian diperjalanan ia bertemu dengan orang yang sudah tua sedang berjalan didepannya dengan pelan-pelan, ia (sayyidina Ali r.a) tidak mendahului karena memulyakan dan mengagungkannya (karena dia sudah tua) hingga hampir terbit matahari, setelah dia dekat di pintu masjid (ternyata) ia tidak masuk masjid, (barulah) sayyidina Ali ra. Mengetahui bahwa ia adalah orang Nasrani, kemudian Sayyidina Ali ra. Masuk masjid, mendapati Rasulullah SAW dalam (keadaan masih) ruku’, beliau (Rasulullah SAW) memanjangkan ruku’, kira-kira ukuran dua ruku’ hingga Sayyidina Ali ra mendapati ruku’. Ketika Rasulullah SAW telah selesai shalat, shahabat bertanya ; mengapa engkau memanjangkan (ruku’ dalam waktu lama) ruku’ di dalam shalat, yang belum pernah engkau lakukan seperti (sekarang) ini ?, beliau menjawab, ketika aku melakukan ruku’ , dan membaca Subhana Rabbiyal ‘Adzimi sebagaimana wiridku, dan aku hendak mengangkat kepalaku, lalu malaikat Jibril as datang, dan meletakkan sayapnya diatas punggungku, dan memegangku dalam waktu lama, ketika ia mengangkat sayapnya, maka aku mengangkat kepalaku, shahabat bertanya ; mengapa ia (malaikat Jibril as) melakukan demikian ?, Nabi SAW menjawab, aku tidak menanyakan hal itu, lalu malaikat Jibril as datang, dan berkata; wahai Muhammad !, sesungguhnya Ali ra tergesa-gesa untuk melaksanakan shalat jama’ah, lalu di jalan ia bertemu orang Nasrani yang sudah tua, sedangkan ia tidak mengetahui (kalau) dia orang Nasrani, dan ia (sayyidina Ali ra) memulyakan karena umurnya sudah tua, lebih dahulu (hidupnya), dan menjaga hak-haknya, kemudian Allah SWT memerintahkan kepadaku untuk menahan engkau dalam ruku’ hingga ia mendapati shalat subuh. Ini bukanlah sesuatu yang mengherankan !, hal yang lebih mengherankan, yaitu Allah SWT memerintahkan Malaikat Mikail as untuk menahan matahari agar tidak terbit dalam waktu lama, karena (menunggu) sayyidina Ali ra dan Rasulullah SAW bersabda : ini merupakan derajat sebab menghormati orang lemah yang sudah tua, sekalipun ia orang Nasrani. (Hikayat lain) ketika Guru Syaikh Abu Mansur Al-Maturidy ra hampir wafat (berumur 80 th), ia (Guru Syaikh Abu Mansur Al-Maturidy) jatuh sakit, kemudian ia memerintahkan kepada syaikh Abu Mansur agar mencari budak yang berumur 80 th dan (agar) membelinya, lalu dimerdekakan. Ia mencarikan budak (tersebut) tapi tidak menemukannya, orang-orang berkomentar ; bagaimana kamu menemukan budak berumur 80 th ?, orang berumur 80 th itu tetap budak dan tidak akan merdeka. Kemudian Syaikh Abu Mansur kembali kepada Guru beliau dan menceritakan tentang komentarnya orang-orang (tersebut), ketika Guru beliau mendengar ucapan ini, ia bersujud dan bermunajat kepada Allah SWT , seraya berkata : Wahai Tuhanku!, sesungguhnya para makhluk tidak akan menghargai ketika seorang budak telah berumur 80 th, ia akan tetap menjadi budak, bahkan (akan) merdeka (dengan sendirinya), sedangkan saya sudah berumur 80 th, maka apakah engkau tidak membebaskan aku dari api neraka, engkau adalah Dzat yang Maha mulia, dermawan, Maha Agung, Maha pengampun, Maha Syukur (Dzat yang Maha Berterimakasih kepada hambanya yang beribadah  semata-mata untuk-Nya). kemudian Allah SWT membebaskannya sebab (ia) bermunajat dengan baik.

Jumat, 30 Agustus 2013

Al-Mawa’idlul ‘Ushfuriyyah hadits kedua/ rahmat Allah SWT

0 komentar


(Hadist Kedua)
Dari Ibnu Mas’ud r.a ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : al-Fajir (orang yang suka melanggar hukum Allah SWT) yang mengharap rahmat Allah SWT lebih dekat (dengan-Nya), daripada orang ahli ibadah yang putus asa. Dari zaid bin Aslam, (ia) dari sayyidina Umar ia menceritakan kepada kami, pada zaman dahulu ada seorang laki-laki yang ahli ibadah, ia membuat putus asa kepada manusia dari rahmat Allah SWT, kemudian ia meninggal dunia. (setelah di alam kubur) ia bertanya kepada Allah SWT. Mana tempatku disisi engkau ?, lalu Allah SWT menjawab, (Tempatmu) Neraka, ia bertanya, wahai Tuhanku, mana ibadahku?, Allah SWT menjawab : sesungguhnya kamu telah membuat putus asa kepada manusia di dunia dari rahmatku, maka pada hari ini kami (Allah) memutus rahmatku. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. ada seorang laki-laki yang tidak pernah berbuat kebaikan sama sekali, kecuali hanya meng-Esa-kan Allah SWT, ketika ia akan meninggal dunia, ia berpesan kepada keluarganya, jika aku meninggal dunia maka bakarlah aku hingga menjadi abu, lalu buanglah di tepi lautan pada musim angin, kemudian keluarganya melakukannya, tiba-tiba ia ada dalam genggaman Allah SWT. (Allah bertanya) Apa beban yang membuat kamu melakukan hal ini?, ia menjawab : (karena) takut kepada engkau, lalu Allah SWT mengampuninya, sedangkan ia tidak pernah beramal kebaikan sama sekali kecuali meng-Esa-kan Allah SWT. Ada hikayat yang tekait dengan hadits ini, pada zaman Nabi Musa as. Ada seorang laki-laki meninggal dunia, manusia (masyarakat) enggan untuk memandikan dan menguburkannya, karena ia seorang fasiq, masyarakat membuang (mayatnya) ke tempat pembuangan sampah dengan menggunakan kakinya. Kemudian Allah SWT memberi wahyu kepada Nabi Musa as. Allah SWT berfirman; wahai Musa ada seorang laki-laki telah meninggal dunia ditempatnya Si Fulan yang ada di tempat pembuangan sampah, dan ia termasuk kekasihku, masyarakat (nya) tidak memandikan, mengkafani, dan menguburkan, maka pergilah, lalu mandikan, kafani, shalatlah (shalat mayit), dan kuburlah. Lalu Nabi Musa as. datang ke tempat itu dan bertanya kepada masyarakat tentang si mayit, mereka menjawab ; ia meninggal dunia dalam keadaan demikian (keadaan ketika masih hidup) dan ia orang fasiq yang dilaknat. Nabi Musa as bertanya ; dimana tempatnya ?, sesungguhnya Allah SWT memberi wahyu kepadaku untuk ia (mayit), Ia (Nabi Musa as) mengatakan; beritahukan kepadaku tempatnya, lalu meraka pergi. Ketika Nabi Musa as. melihat (keadaan si mayit) dibuang di tempat pembuangan sampah, masyarakat menceritakan tentang kejelekan perbuatannya, maka Nabi Musa as bermunajat kepada Allah SWT. Wahai Tuhanku engkau memerintahkan kepadaku menguburkan dan melakukan shalat (shalat mayit), sedangkan kaumnya menyaksikan kejelekan yang ia perbuat, engkau lebih mengetahui hal yang terpuji dan kejelekan. Kemudian Allah SWT memberi wahyu, benar apa yang mereka ceritakan, tetapi ketika akan meninggal dunia, ia meminta pertolongan kepadaku tentang tiga hal, andaikan semua makhlukku yang berbuat dosa meminta niscaya akan aku berikan, maka bagaimana aku tidak belas kasih, sedangkan hatinya meminta kepadaku, dan saya (Allah SWT) adalah dzat yang paling belas kasih dari orang-orang yang belas kasih. Nabi Musa bertanya ; apa tiga perkara itu ?, (pertama) ketika hampir meninggal dunia, ia berkata : wahai Tuhanku !, engkau mengetahui bahwa aku telah melakukan kemaksiatan-kemaksiatan, sedangkan hatiku benci akan kemaksiatan, tetapi (karena) terdesak tiga hal hingga aku melakukan kemaksiatan, serta hatiku benci akan kemaksiatan, yaitu ; hawa nafsu, teman yang jelek perbuatannya, dan Iblis laknatullah ‘alaihi. Tiga hal ini telah menjerumuskan aku ke dalam kemaksiatan, maka sesungguhnya engkau lebih mengetahui sesuatu yang aku ucapkan, maka ampunilah aku!. (Kedua ), wahai Tuhanku, engkau mengetahui bahwa aku telah melakukan kemaksiatan-kemaksiatan dan tempatku bersama-orang fasiq, tetapi aku lebih senang berteman dengan orang-orang sholeh, dan zuhudnya mereka, dan aku lebih senang duduk bersama mereka daripada orang-orang fasiq. (ketiga), wahai Tuhanku engkau lebih mengetahui daripada aku, bahwa orang-orang sholeh lebih aku sukai daripada orang-orang fasiq, hingga apabila ada dua orang datang, yaitu orang sholeh dan Tholeh (orang yang suka berbuat dosa) maka yang aku dahulukan adalah kebutuhan orang sholeh. Dalam riwayat Wahab bin Munabbih, (orang tersebut) berkata : wahai Tuhanku, apabila engkau mema’afkan, dan mengampuni dosaku, niscaya para kekasih, Nabi-nabi engkau akan senang, dan syaitan musuhku dan musuh engkau akan menjadi susah. Dan apabila engkau menyiksaku sebab dosaku, maka syaitan dan teman-temannya akan senang, dan para kekasih dan Nabi-nabi engkau akan menjadi susah. Dan sesungguhnya aku mengetahui, bahwa senangnya para kekasih (engkau) lebih engkau senangi daripada senangnya syaitan dan teman-temannya. Maka ampunilah aku, ya..Allah, sesungguhnya engkau mengetahui sesuatu yang aku ucapkan, maka rahmatilah aku dan ma’afkanlah aku. Allah SWT berfirman : maka aku belas kasih, mengampuni, serta mema’afkan, karena sesungguhnya aku (Allah SWT) adalah Dzat yang Maha Belas kasih, terlebih kepada orang yang mengakui dosanya disisiku. Dan ini (tiga hal) adalah pengakuan atas dosa, lalu aku mengampuni dan mema’afkannya. Wahai Musa !, lakukan apa yang aku perintahkan, maka aku mengampuni bagi orang yang melakukan shalat (shalat mayit) dan menghadiri pemakaman sebab menghormatinya.  

Selasa, 27 Agustus 2013

Al-Mawaa’idlul ‘Ushfuriyyah al-hadits awwal/belas kasih kepada mahkluk Allah SWT

0 komentar


بسم الله الرحمن الرحيم
Al-Mawaa’idlul ‘Ushfuriyyah
40 Hadits, Faedah-faedah, dan Hikayat Para Sufi
Karya : Syaikh Muhammad Bin Abu Bakar

الحمد لله رب العالمين ، والعاقبة للمتقين ، ولا عدوان إلا علي الظالمين ، والصلاة علي خير خلقه محمد وآله أجمعين .
Sesungguhnya hamba Allah SWT al-Mudznibi (orang yang mengakui dosanya)[1], yaitu Syaikh Muhammad Bin Abu Bakar rahamatullah ‘alaihi. Setelah menyelami dosa dan kemaksiatan, ia mencari ridla ar-Rahman (dzat yang maha belas kasih), bertentangan dengan syaitan dan selamat dari Api neraka, masuk surga. Ia belum merasa puas dalam mendapatkan jalan aman, selain memperoleh hadits Sebaik-baik manusia, mempunyai mukjizat dan bukti. Sesungguhnya Nabi SAW bersabda : “ Barangsiapa yang mengumpulkan hadits sebanyak 40, maka ia ada dalam ma’af dan ampunan Allah SWT. Kemudian seorang hamba (pengarang) mengumpulkan 40 hadits, dengan sanad yang muttasil kepada Nabi SAW, dariMasyayikh yang terpilih, para pembesar Imam, yang ia riwayatkan dari para sahabat al-Abrar. Lalu ia menambahkan nasehat yang terkait dengan hadits serta hikayat yang didengar dari para ulama’ yang disebutkan dalam hadits dan perkataan sahabat. (ia berharap) baragkali ia menjadi jauh dari kebencian (Allah) al-malik al- jabbar, dan mendapatkan sesuatu yang diharapkan di akherat dari Dzat yang Maha Bijaksana, ynag menutupi kesalahan, dengan perantara barokahnya mengumpulkan hadits-hadits. Dan ia meminta do’a dari orang-orang yang melihat kitab (ini), serta orang-orang yang menasehati (dalam kitab ini). Semoga Allah SWT belas kasih kepada orang yang telah disebutkan, dengan do’anya, serta tidak melupakan hamba (pengarang).
(Hadits pertama)

Dari Abdullah bin Umar r.a ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : Ar-Rahman (Allah) akan belas kasih kepada orang-orang yang belas kasih kepada sesama (makhluk), belas kasihlah kalian kepada orang-orang (makhluk) yang ada di bumi, maka orang-orang (makhluk) yang ada di langit akan belas kasih, ….. (sempurnakalah ).
Ada sebuah hikayat, yang sesuai dengan hadits tersebut. Diceritakan dari Sayyidina Umar r.a. pada suatu saat, ia berjalan di jalan kecil yang ada di Madinah, kemudian ia melihat anak kecil membawa seekor burung, dan ia (anak kecil) sedang mempermainkannya. Lalu Sayyidina Umar r.a merasa kasihan terhadap burung tersebut, kemudian ia membeli sekaligus membebaskannya. Setelah Sayyidina Umar r.a meninggal dunia, sebagian ‘ulama’ bermimpi bertemu beliau, mereka bertanya tentang keadaan beliau (di alam kubur), apa yang dilakukan oleh Allah kepada engkau ?, ia menjawab, Allah telah mengampuni dan mema’afkan (dosa) ku. Mereka bertanya, Apa sebabnya?, (apakah) sebab dermawan, keadilan atau zuhud engkau ?, ia menjawab, ketika kalian meletakkan aku di kubur, kalian menutupi dengan tanah, kemudian meninggalkanku sendirian, lalu datang dua malaikat yang menakutkan, maka seketika aku kehilangan akal, sendi-sendiku gemetar karena takut, dan keduanya memegang aku, serta mendudukkan, keduanya ingin bertanya, kemudian saya mendengar suara, tinggalkanlah hambaku, janganlah menakut-nakuti dia, karena aku belas kasih dan mema’afkan dia, karena dia belas kasih kepada burung ketika di dunia, maka aku belas kasih di akhirat. (Hikayat) lain, ada seorang ahli ibadah di zaman bani isra’il, ia lewat di dekat timbunan pasir, (ketika itu) kaum bani isra’il sedang tertimpa paceklik, kemudian ia mengadai-andai dalam hatinya, andaikan pasir ini menjadi tepung, niscaya kaum bani isra’il akan kenyang. Lalu Allah SWT memberi wahyu kepada Nabi kaum bani isra’il, katakanlah kepada Si Fulan, sesungguhnya Allah SWT telah memberi pahala atas ucapan (angan2) yang telah dikatakan, yaitu andaikan ( ini ) menjadi tepung maka akan aku sedekahkan. Karena perbuatan Hamba Allah (ini), maka Allah SWT memberi rahmat. Sesungguhnya hamba Allah itu diberi rahmat karena ucapanya, “andaikan pasir itu menjadi tepung, niscaya manusia (bani isra’il) akan kenyang, kemudian ia mendapatkan pahala seperti andaikan ia melakunnya”.


[1] Sikap tawadlu’ pengarang kitab ini
 

Ka'bah Night | powered by Blogger | created from Minima retouched by ics - id