Selasa, 27 Agustus 2013

Al-Mawaa’idlul ‘Ushfuriyyah al-hadits awwal/belas kasih kepada mahkluk Allah SWT

0 komentar


بسم الله الرحمن الرحيم
Al-Mawaa’idlul ‘Ushfuriyyah
40 Hadits, Faedah-faedah, dan Hikayat Para Sufi
Karya : Syaikh Muhammad Bin Abu Bakar

الحمد لله رب العالمين ، والعاقبة للمتقين ، ولا عدوان إلا علي الظالمين ، والصلاة علي خير خلقه محمد وآله أجمعين .
Sesungguhnya hamba Allah SWT al-Mudznibi (orang yang mengakui dosanya)[1], yaitu Syaikh Muhammad Bin Abu Bakar rahamatullah ‘alaihi. Setelah menyelami dosa dan kemaksiatan, ia mencari ridla ar-Rahman (dzat yang maha belas kasih), bertentangan dengan syaitan dan selamat dari Api neraka, masuk surga. Ia belum merasa puas dalam mendapatkan jalan aman, selain memperoleh hadits Sebaik-baik manusia, mempunyai mukjizat dan bukti. Sesungguhnya Nabi SAW bersabda : “ Barangsiapa yang mengumpulkan hadits sebanyak 40, maka ia ada dalam ma’af dan ampunan Allah SWT. Kemudian seorang hamba (pengarang) mengumpulkan 40 hadits, dengan sanad yang muttasil kepada Nabi SAW, dariMasyayikh yang terpilih, para pembesar Imam, yang ia riwayatkan dari para sahabat al-Abrar. Lalu ia menambahkan nasehat yang terkait dengan hadits serta hikayat yang didengar dari para ulama’ yang disebutkan dalam hadits dan perkataan sahabat. (ia berharap) baragkali ia menjadi jauh dari kebencian (Allah) al-malik al- jabbar, dan mendapatkan sesuatu yang diharapkan di akherat dari Dzat yang Maha Bijaksana, ynag menutupi kesalahan, dengan perantara barokahnya mengumpulkan hadits-hadits. Dan ia meminta do’a dari orang-orang yang melihat kitab (ini), serta orang-orang yang menasehati (dalam kitab ini). Semoga Allah SWT belas kasih kepada orang yang telah disebutkan, dengan do’anya, serta tidak melupakan hamba (pengarang).
(Hadits pertama)

Dari Abdullah bin Umar r.a ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : Ar-Rahman (Allah) akan belas kasih kepada orang-orang yang belas kasih kepada sesama (makhluk), belas kasihlah kalian kepada orang-orang (makhluk) yang ada di bumi, maka orang-orang (makhluk) yang ada di langit akan belas kasih, ….. (sempurnakalah ).
Ada sebuah hikayat, yang sesuai dengan hadits tersebut. Diceritakan dari Sayyidina Umar r.a. pada suatu saat, ia berjalan di jalan kecil yang ada di Madinah, kemudian ia melihat anak kecil membawa seekor burung, dan ia (anak kecil) sedang mempermainkannya. Lalu Sayyidina Umar r.a merasa kasihan terhadap burung tersebut, kemudian ia membeli sekaligus membebaskannya. Setelah Sayyidina Umar r.a meninggal dunia, sebagian ‘ulama’ bermimpi bertemu beliau, mereka bertanya tentang keadaan beliau (di alam kubur), apa yang dilakukan oleh Allah kepada engkau ?, ia menjawab, Allah telah mengampuni dan mema’afkan (dosa) ku. Mereka bertanya, Apa sebabnya?, (apakah) sebab dermawan, keadilan atau zuhud engkau ?, ia menjawab, ketika kalian meletakkan aku di kubur, kalian menutupi dengan tanah, kemudian meninggalkanku sendirian, lalu datang dua malaikat yang menakutkan, maka seketika aku kehilangan akal, sendi-sendiku gemetar karena takut, dan keduanya memegang aku, serta mendudukkan, keduanya ingin bertanya, kemudian saya mendengar suara, tinggalkanlah hambaku, janganlah menakut-nakuti dia, karena aku belas kasih dan mema’afkan dia, karena dia belas kasih kepada burung ketika di dunia, maka aku belas kasih di akhirat. (Hikayat) lain, ada seorang ahli ibadah di zaman bani isra’il, ia lewat di dekat timbunan pasir, (ketika itu) kaum bani isra’il sedang tertimpa paceklik, kemudian ia mengadai-andai dalam hatinya, andaikan pasir ini menjadi tepung, niscaya kaum bani isra’il akan kenyang. Lalu Allah SWT memberi wahyu kepada Nabi kaum bani isra’il, katakanlah kepada Si Fulan, sesungguhnya Allah SWT telah memberi pahala atas ucapan (angan2) yang telah dikatakan, yaitu andaikan ( ini ) menjadi tepung maka akan aku sedekahkan. Karena perbuatan Hamba Allah (ini), maka Allah SWT memberi rahmat. Sesungguhnya hamba Allah itu diberi rahmat karena ucapanya, “andaikan pasir itu menjadi tepung, niscaya manusia (bani isra’il) akan kenyang, kemudian ia mendapatkan pahala seperti andaikan ia melakunnya”.


[1] Sikap tawadlu’ pengarang kitab ini
 

Ka'bah Night | powered by Blogger | created from Minima retouched by ics - id