بسم الله الرحمن الرحيم
Al-Mawaa’idlul ‘Ushfuriyyah
40 Hadits, Faedah-faedah, dan Hikayat Para Sufi
Karya : Syaikh Muhammad Bin Abu Bakar
الحمد لله رب
العالمين ، والعاقبة للمتقين ، ولا عدوان إلا علي الظالمين ، والصلاة علي خير خلقه
محمد وآله أجمعين .
Sesungguhnya hamba Allah SWT al-Mudznibi (orang
yang mengakui dosanya)[1],
yaitu Syaikh Muhammad Bin Abu Bakar rahamatullah ‘alaihi. Setelah menyelami
dosa dan kemaksiatan, ia mencari ridla ar-Rahman (dzat yang maha belas kasih),
bertentangan dengan syaitan dan selamat dari Api neraka, masuk surga. Ia belum
merasa puas dalam mendapatkan jalan aman, selain memperoleh hadits Sebaik-baik
manusia, mempunyai mukjizat dan bukti. Sesungguhnya Nabi SAW bersabda : “
Barangsiapa yang mengumpulkan hadits sebanyak 40, maka ia ada dalam ma’af dan
ampunan Allah SWT. Kemudian seorang hamba (pengarang) mengumpulkan 40 hadits,
dengan sanad yang muttasil kepada Nabi SAW, dariMasyayikh yang terpilih, para
pembesar Imam, yang ia riwayatkan dari para sahabat al-Abrar. Lalu ia menambahkan
nasehat yang terkait dengan hadits serta hikayat yang didengar dari para ulama’
yang disebutkan dalam hadits dan perkataan sahabat. (ia berharap) baragkali ia
menjadi jauh dari kebencian (Allah) al-malik al- jabbar, dan mendapatkan sesuatu
yang diharapkan di akherat dari Dzat yang Maha Bijaksana, ynag menutupi
kesalahan, dengan perantara barokahnya mengumpulkan hadits-hadits. Dan ia
meminta do’a dari orang-orang yang melihat kitab (ini), serta orang-orang yang
menasehati (dalam kitab ini). Semoga Allah SWT belas kasih kepada orang yang
telah disebutkan, dengan do’anya, serta tidak melupakan hamba (pengarang).
(Hadits pertama)
Dari Abdullah
bin Umar r.a ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : Ar-Rahman (Allah) akan belas
kasih kepada orang-orang yang belas kasih kepada sesama (makhluk), belas
kasihlah kalian kepada orang-orang (makhluk) yang ada di bumi, maka orang-orang
(makhluk) yang ada di langit akan belas kasih, ….. (sempurnakalah ).
Ada sebuah
hikayat, yang sesuai dengan hadits tersebut. Diceritakan dari Sayyidina Umar
r.a. pada suatu saat, ia berjalan di jalan kecil yang ada di Madinah, kemudian
ia melihat anak kecil membawa seekor burung, dan ia (anak kecil) sedang
mempermainkannya. Lalu Sayyidina Umar r.a merasa kasihan terhadap burung
tersebut, kemudian ia membeli sekaligus membebaskannya. Setelah Sayyidina Umar
r.a meninggal dunia, sebagian ‘ulama’ bermimpi bertemu beliau, mereka bertanya tentang
keadaan beliau (di alam kubur), apa yang dilakukan oleh Allah kepada engkau ?,
ia menjawab, Allah telah mengampuni dan mema’afkan (dosa) ku. Mereka bertanya,
Apa sebabnya?, (apakah) sebab dermawan, keadilan atau zuhud engkau ?, ia
menjawab, ketika kalian meletakkan aku di kubur, kalian menutupi dengan tanah,
kemudian meninggalkanku sendirian, lalu datang dua malaikat yang menakutkan,
maka seketika aku kehilangan akal, sendi-sendiku gemetar karena takut, dan
keduanya memegang aku, serta mendudukkan, keduanya ingin bertanya, kemudian saya
mendengar suara, tinggalkanlah hambaku, janganlah menakut-nakuti dia, karena aku belas
kasih dan mema’afkan dia, karena dia belas kasih kepada burung ketika di dunia, maka aku belas kasih di akhirat. (Hikayat) lain, ada seorang ahli ibadah di
zaman bani isra’il, ia lewat di dekat timbunan pasir, (ketika itu) kaum bani
isra’il sedang tertimpa paceklik, kemudian ia mengadai-andai dalam hatinya,
andaikan pasir ini menjadi tepung, niscaya kaum bani isra’il akan kenyang. Lalu
Allah SWT memberi wahyu kepada Nabi kaum bani isra’il, katakanlah kepada Si
Fulan, sesungguhnya Allah SWT telah memberi pahala atas ucapan (angan2) yang
telah dikatakan, yaitu andaikan ( ini ) menjadi tepung maka akan aku sedekahkan. Karena perbuatan
Hamba Allah (ini), maka Allah SWT memberi rahmat. Sesungguhnya hamba Allah itu
diberi rahmat karena ucapanya, “andaikan pasir itu menjadi tepung, niscaya
manusia (bani isra’il) akan kenyang, kemudian ia mendapatkan pahala seperti
andaikan ia melakunnya”.